Tribute to Yusba Hadadi: Alfatiha dari KAHMI untuk Sang Jenderal
Foto: Almarhum Yusba Hadadi
“Memberinya label ‘jenderal besar’ bukan hanya sebuah penghargaan. Ini adalah cara mengenang. Sebab, selalu perlu untuk membanggakan, betapa menterengnya jejak pikiran dan sikap almarhum selama hidup,” – M. Nofrizal Amir.
Suasana hening nan haru sempat terekam dalam Musda KAHMI Halmahera Barat lalu. Berawal ketika Wakil Bupati Kabupaten Halmahera Barat, Djufri Muhamad naik ke podium. Dengan suara lirih, ia menyeru; “Alfatiha mesti dikirimkan segera untuk almarhum Yusba Hadadi sebelum acara Musda dibuka“.
Jadilah doa segala doa berisi puji-pujian secara serentak ditembakkan ke langit. Berbagai ingatan tentang sosok pemuda asal Tolofuo, Loloda, terlempar jauh ke belakang. Nampak pula puluhan pasang mata peserta Musda mulai berkaca-kaca.
Mengenang Sang Jenderal Besar, memang butuh kekhusu’an. Tanpa kiriman alfatiha, Musda wajib batal demi harga dari sejarah KAHMI Halmahera Barat. Alfatiha jadi syarat mutlak sebelum Musda KAHMI digelar di bumi Banau. Mendoakannya, buat detak jantung KAHMI bergerak cepat. Lelaki berdarah HMI. Dia menjadi cetak biru bagaimana HMI dan KAHMI berhimpun.
Memberinya label ‘jenderal besar‘ bukan hanya sebuah penghargaan. Ini adalah cara mengenang. Sebab, selalu perlu untuk membanggakan, betapa menterengnya jejak pikiran dan sikap almarhum selama hidup.
“Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama“.
Almarhum memang layak untuk dikenang dan didoakan. Sang jenderal besar, peretas garis demarkasi politik identitas generasi muda Maluku Utara pada masanya. Jiwanya memikat cum mengikat beragam aktivis dari latar warna yang berbeda, tangannya terbuka untuk merangkul dan tajam instingnya.
Tak terhitung berapa banyak aktivis di Maluku Utara yang dibina dan dibesarkannya. Ia populer karena kebesaran jiwanya, kecerdasannya dan kepiawaiannya dalam mengelola psikologi massa.
Setiap jalan yang ditapakinya menjejak; dari Tolofuo sampai ke Ambon, memutar ke Ternate, kembali ke tanah putus pusar Halmahera Barat, hingga tiba waktu untuk pulang ke azali, menghadap sang pemegang erat jiwa manusia. Semuanya benar-benar menyejarah.
Hingga kini, namanya masih suka sekali disebut dalam percakapan intelektual di Halmahera Barat. Ada berdepa-depa rindu yang membentang dalam ingatan para aktivis yang pernah mengenalnya. Sosoknya kerap dihadirkan untuk dijadikan perbandingan dengan para pejabat di daerah. Ia begitu inspiratif dan ikonik; hidup dalam pikiran dan dada para aktivis, terlebih para insan cita HMI.
Tiga puluh enam tahun hanyalah angka; kesadaran yang menyedihkan bahwa perpisahan yang tak terhindarkan telah terjadi. Dan banyak orang yang belum siap menghadapi hari itu. Namun, sejarahnya benar-benar telah lengkap.
Sungguh, terlalu banyak orang besar yang berlalu begitu saja, salah satunya sang jenderal besar almarhum Yusba Hadadi. Seperti kata Muhammad Hatta kepada KH. Agus Salim “Manusia seperti Agus Salim, lahir 100 tahun sekali“. Begitupun bagi KAHMI Halmahera Barat “Orang seperti Yusba Hadadi, terlahir 100 tahun sekali”.*
*Penulis: M. Nofrizal Amir* (Ketua LSM Jong Halmahera 1914) – Tulisan ini pernah terbit di sabua.id, tanggal 31 Mei 2022 dengan judul yang sama Tribute to Yusba Hadadi: Alfatihah dari KAHMI untuk Sang Jenderal.